Kamis, 23 Oktober 2014

Manusia sebagai makhluk individu dan sosial



Pada dasarnya manusia adalah makhluk individu, manusia merupakan bagian terkecil dari kehidupan yang membentuk suatu kehidupan masyarakat. Uraian lebih lanjut mengenai manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial adalah sebagai berikut:
1. Manusia sebagai Makhluk Individu
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT yang pada pada dasarnya  mereka adalah makhluk individu. Individu berasal dari kata in dan divided dalam bahasa Inggris in mengandung pengertian tidak, sedangkan divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi atau satu kesatuan. Dalam hal ini, artinya bahwa manusia sebagai makhluk individu merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani atau fisik dan psikologis, apabila kedua aspek tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai individu.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki ciri khas masing-masing, tidak ada manusia yang sama persis meskipun terlahir kembar. Secara fisik mungkin manusia akan memiliki banyak persamaan namun secara psikologis akan banyak menunjukan perbedaan. Ciri khas dan perbedaan tersebut sering disebut dengan kepribadian. Kepribadian seseorang akan sangat dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungannya.
Secara normal setiap manusia memiliki potensi dasar mental yang berkembang dan dapat dikembangkan seperti (1) minat (sense of interest), (2) dorongan ingin tahu (sense of curiousity), (3) dorongan ingin membuktikan kenyataan (sense of reality) (4) dorongan ingin menyelidiki (sense of inquiry), (5) dorongan ingin menemukan sendiri (sense of discovery). Potensi ini berkembang jika adanya rangsangan, wadah dan suasana kondusif. Jika fenomena sosial di lingkungannya telah tumbuh potensi-potensi mental yang normalnya akan terus berkembang.
Berawal dari potensi-potensi tersebut, manusia sebagai makhluk individu ingin memenuhi kebutuhan masing masing, ingin merealisasikan dirinya. Artinya ia memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Setiap individu akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan jati dirinya yang berbeda dengan yang lainnya, tidak ada manusia yang betul-betul ingin menjadi orang lain, dia tetap ingin menjadi dirinya sendiri sehingga dia selalu sadar akan keindividualitasnya.
Menurut Zanti Arbi dan Syahrun (Sadulloh, 2009:81) menyatakan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas dirinya, atas pikiran, perasaan, pilihan, dan perilakunya. Orang yang betul-betul manusia adalah orang yang bertanggung jawab penuh. Tidak ada orang lain yang  mengambil alih tanggung jawab dalam hidupnya. Kata hatinya adalah kata hatinya sendiri.
Dalam hal ini sebagai pendidik baik orang tua maupun guru harus memahami bahwa anak memiliki potensi untuk berkembang dan ingin menjadi pribadinya sendiri. Anak dalam perkembangannya akan memperoleh pengeruh dari luar, baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja, tetapi anak akan mengambil jarak terhadap pengaruh tersebut. Dia akan memilihnya sendiri, pengaruh tersebut akan dia olah secara pribadi, sehingga apa yang dia terima merupakan bagian dari dirinya sendiri, sehingga menjadi pribadi individu yang berbeda dengan yang lainnya. Pendidik tidak boleh memaksa anak untuk mengikuti atau menuruti segala kehendaknya, karena dalam diri anak ada suatu prinsip pembentukan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri.
2.      Manusia sebagai Makhluk Sosial
Pada dasarnya manusia selain sebagai makhluk individu, mereka juga merupakan makhluk sosial. Istilah ”Sosial” berasal dari akar kata bahasa Latin Socius, yang artinya berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan dan dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat. Dalam hal ini yang dimaksud manusia sebagai makhluk sosial adalah makhluk yang hidup bermasyarakat, dan pada dasarnya setiap hidup individu tidak dapat lepas dari manusia lain. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.Seperti kita ketahui bahwa sejak bayi lahir sampa usia tertentu manusia adalah mahkluk yang tidak berdaya, tanpa bantuan orang orang disekitar ia tidak dapat berbuat apa-apa  dan untuk segala kebutuhan hidup bayi sangat tergantung pada orang lain khususnya ibunya. Bagi bayi keluarga merupakan segitiga abadi yang menjadi kelompok sosial pertama yang dikenalnya.  Pada perjalanan hidup yang selanjutnya keluarga akan tetap menjadi kelompok pertama tempat meletakan dasa kepribadian dan proses pendewasaan yang didalamnya selalu terjadi sosialisi, untuk menjadi manusia yang mengetahui pengetahuan dasar, nilai-nilai, norma sosial dan etika pergaulan.
Manusia dapat di katakan makluk sosial karena pada dirinya terdapat dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain, dimana terdapat kebutuhan untuk mencari teman dengan orang lain yang sering di dasari atas kesamaan ciri atau kepentingan masing-masing. Manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Makhluk sosial adalah makluk yang terdapat beragam aktivitas dan lingkungan sosial.
     Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena beberapa alasan:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.