Pada
dasarnya manusia adalah makhluk individu, manusia merupakan bagian terkecil
dari kehidupan yang membentuk suatu kehidupan masyarakat. Uraian lebih lanjut
mengenai manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial adalah sebagai
berikut:
1.
Manusia sebagai Makhluk Individu
Manusia
adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT yang pada pada dasarnya
mereka adalah makhluk individu. Individu berasal dari kata in dan divided dalam
bahasa Inggris in mengandung pengertian tidak, sedangkan divided artinya
terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi atau satu kesatuan. Dalam hal ini,
artinya bahwa manusia sebagai makhluk individu merupakan kesatuan aspek jasmani
dan rohani atau fisik dan psikologis, apabila kedua aspek tersebut sudah tidak
menyatu lagi maka seseorang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai individu.
Manusia
sebagai makhluk individu memiliki ciri khas masing-masing, tidak ada manusia
yang sama persis meskipun terlahir kembar. Secara fisik mungkin manusia akan
memiliki banyak persamaan namun secara psikologis akan banyak menunjukan
perbedaan. Ciri khas dan perbedaan tersebut sering disebut dengan kepribadian.
Kepribadian seseorang akan sangat dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungannya.
Secara
normal setiap manusia memiliki potensi dasar mental yang berkembang dan dapat
dikembangkan seperti (1) minat (sense of interest), (2) dorongan ingin tahu
(sense of curiousity), (3) dorongan ingin membuktikan kenyataan (sense of
reality) (4) dorongan ingin menyelidiki (sense of inquiry), (5) dorongan ingin
menemukan sendiri (sense of discovery). Potensi ini berkembang jika adanya
rangsangan, wadah dan suasana kondusif. Jika fenomena sosial di lingkungannya
telah tumbuh potensi-potensi mental yang normalnya akan terus berkembang.
Berawal
dari potensi-potensi tersebut, manusia sebagai makhluk individu ingin memenuhi
kebutuhan masing masing, ingin merealisasikan dirinya. Artinya ia memiliki
kemampuan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Setiap individu akan
berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan jati dirinya yang berbeda dengan
yang lainnya, tidak ada manusia yang betul-betul ingin menjadi orang lain, dia
tetap ingin menjadi dirinya sendiri sehingga dia selalu sadar akan
keindividualitasnya.
Menurut
Zanti Arbi dan Syahrun (Sadulloh, 2009:81) menyatakan bahwa setiap orang
bertanggung jawab atas dirinya, atas pikiran, perasaan, pilihan, dan
perilakunya. Orang yang betul-betul manusia adalah orang yang bertanggung jawab
penuh. Tidak ada orang lain yang mengambil alih tanggung jawab dalam hidupnya.
Kata hatinya adalah kata hatinya sendiri.
Dalam
hal ini sebagai pendidik baik orang tua maupun guru harus memahami bahwa anak
memiliki potensi untuk berkembang dan ingin menjadi pribadinya sendiri. Anak
dalam perkembangannya akan memperoleh pengeruh dari luar, baik yang disengaja
ataupun yang tidak disengaja, tetapi anak akan mengambil jarak terhadap
pengaruh tersebut. Dia akan memilihnya sendiri, pengaruh tersebut akan dia olah
secara pribadi, sehingga apa yang dia terima merupakan bagian dari dirinya sendiri,
sehingga menjadi pribadi individu yang berbeda dengan yang lainnya. Pendidik
tidak boleh memaksa anak untuk mengikuti atau menuruti segala kehendaknya,
karena dalam diri anak ada suatu prinsip pembentukan dan pengembangan yang
ditentukan oleh dirinya sendiri.
2.
Manusia sebagai Makhluk Sosial
Pada
dasarnya manusia selain sebagai makhluk individu, mereka juga merupakan makhluk
sosial. Istilah ”Sosial” berasal dari akar kata bahasa Latin Socius, yang
artinya berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu
kemasyarakatan dan dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau
masyarakat. Dalam hal ini yang dimaksud manusia sebagai makhluk sosial adalah
makhluk yang hidup bermasyarakat, dan pada dasarnya setiap hidup individu tidak
dapat lepas dari manusia lain. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk
sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan
masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam
berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat
dalam kehidupannya.Seperti kita ketahui bahwa sejak bayi lahir sampa usia
tertentu manusia adalah mahkluk yang tidak berdaya, tanpa bantuan orang orang
disekitar ia tidak dapat berbuat apa-apa dan untuk segala kebutuhan hidup
bayi sangat tergantung pada orang lain khususnya ibunya. Bagi bayi keluarga
merupakan segitiga abadi yang menjadi kelompok sosial pertama yang
dikenalnya. Pada perjalanan hidup yang selanjutnya keluarga akan tetap
menjadi kelompok pertama tempat meletakan dasa kepribadian dan proses
pendewasaan yang didalamnya selalu terjadi sosialisi, untuk menjadi manusia
yang mengetahui pengetahuan dasar, nilai-nilai, norma sosial dan etika
pergaulan.
Manusia
dapat di katakan makluk sosial karena pada dirinya terdapat dorongan untuk
berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain, dimana terdapat kebutuhan
untuk mencari teman dengan orang lain yang sering di dasari atas kesamaan ciri
atau kepentingan masing-masing. Manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia
kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya,
manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain,
manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa
mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Makhluk sosial adalah makluk yang
terdapat beragam aktivitas dan lingkungan sosial.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial
karena beberapa alasan:
a.
Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b.
Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c.
Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d.
Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar